Sekjend MD KAHMI Bener Meriah
Sejak lengsernya bapak Irwandi Yusuf dari jabatan orang nomor wahit di Aceh, kapal besar ini kemudian beralih nahkoda yang taklain adalah seorang pembantu/wakil gubenur pak Irwandi yaitu tokoh politikus partai berlambang perisai, bapak Nova Iriansyah.
Sendari awal pak Nova Iriansyah menjabat sebagai PLT Gubenur Aceh seolah pergolakan politik ditingkat provinsi tak kunjung menunjukan hawa sejuk sebagaimana hawa daerah beliau berasal.
Berawal dari disharmonis antara lembaga DPRA dengan legeslatif misal terkait proyek Multiyear, pengangaran, refocusing angaran Covid 19. laporan pertangung jawaban sampai muncul agenda pemakjulan karna ketidak puasan atas kinerja dan jawaban gubenur aceh terhadap persoalan-persoalan prinsifil yang ditanyakan dalam hak interpelasi Dewan.
Tidak hanya sampai disitu badai terus menghujani Gubenur Aceh Nova Iriyansya terkait isu miring terkait kualitas kapal aceh habat yang diragukan, terjadi ganguan kelistrikan dan kebanjiran akibat atap kapal hebat 2 bocor .hinga beliau sempat diisukan harus berurusan dangan lembaga KPK dalam pengadaan Kapal Aceh hebat hinga muncul gerakan dari beberapa kalangan Masyarakat "dukung KPK tangkap Nova"
Belum lagi paska Badan Pusat Statistik (BPS) Merilis bahwa provinsi Aceh sebagai Provinsi Otonom yang telah Mendapat suntikan dana APBN kurang lebih sekitar 88,34 Terliun sejak tahun 2008-2021 sedangkan dana otsus untuk tahun 2021 itu sendiri kurang lebih 7,8 Terliun, tapi masih dinobatkan sebagai provinsi termiskin se Sumatra, ini merupakan cambukan yang sangat menyakitkan dalam kepemimpinan Nova Iriansyah hingga muncul gerakan "turunkan Nova" dari benerapa kalangan LSM dan masyarakat Aceh.
Belum kering badai yang membasahi tanah serambi mekah ini muncul kembali situasi yang membuat tidak kondusif ditengah-tengah masyarakat terkait ulah bawahanya yang diduga tidak transparan terkait penjaringan calon penerima Beasiswa BPSDM tahun 2021. Ditambah dengan pernyataan" ngawur" kadis disprindag aceh terkait kualitas tomat yang melukai rakyat aceh khususnya petani tomat Kabupaten Bener Meriah.
Begitulah gambaran Ombak badai yang bertubi-tubi menguyur Gubenur Aceh Nova Iriansya dan banyak lagi isu-miring lainya. Namun baliau mengambil jalan senyap. Sebenarnya apa yang sedang terjadi ? Apa yang sedang dirasakan oleh Gubenur Aceh ? Kenapa seolah Gubernur terus diam dan diam ?
Apakah karna dinamikan politik begitu besar sehinga beliau tidak mampu mengcuoternya ? Apakah karna beliau tidak memiliki seni kepemimpinan sehinga ditingalkan kolega-kolega yang selama ini mendukungnya ? "bagaikan politikus yang kehilangan tulang belakang", Atau mungkin sebaliknya, gubenur sedang fokus menghabiskan energinya untuk mewujutkan janji-janji politiknya ketimbang mengurusi dinamika politik yang menurut pak Nova Iriansya tidak begitu penting ?
Sejak lengsernya bapak Irwandi Yusuf dari jabatan orang nomor wahit di Aceh, kapal besar ini kemudian beralih nahkoda yang taklain adalah seorang pembantu/wakil gubenur pak Irwandi yaitu tokoh politikus partai berlambang perisai, bapak Nova Iriansyah.
Sendari awal pak Nova Iriansyah menjabat sebagai PLT Gubenur Aceh seolah pergolakan politik ditingkat provinsi tak kunjung menunjukan hawa sejuk sebagaimana hawa daerah beliau berasal.
Berawal dari disharmonis antara lembaga DPRA dengan legeslatif misal terkait proyek Multiyear, pengangaran, refocusing angaran Covid 19. laporan pertangung jawaban sampai muncul agenda pemakjulan karna ketidak puasan atas kinerja dan jawaban gubenur aceh terhadap persoalan-persoalan prinsifil yang ditanyakan dalam hak interpelasi Dewan.
Tidak hanya sampai disitu badai terus menghujani Gubenur Aceh Nova Iriyansya terkait isu miring terkait kualitas kapal aceh habat yang diragukan, terjadi ganguan kelistrikan dan kebanjiran akibat atap kapal hebat 2 bocor .hinga beliau sempat diisukan harus berurusan dangan lembaga KPK dalam pengadaan Kapal Aceh hebat hinga muncul gerakan dari beberapa kalangan Masyarakat "dukung KPK tangkap Nova"
Belum lagi paska Badan Pusat Statistik (BPS) Merilis bahwa provinsi Aceh sebagai Provinsi Otonom yang telah Mendapat suntikan dana APBN kurang lebih sekitar 88,34 Terliun sejak tahun 2008-2021 sedangkan dana otsus untuk tahun 2021 itu sendiri kurang lebih 7,8 Terliun, tapi masih dinobatkan sebagai provinsi termiskin se Sumatra, ini merupakan cambukan yang sangat menyakitkan dalam kepemimpinan Nova Iriansyah hingga muncul gerakan "turunkan Nova" dari benerapa kalangan LSM dan masyarakat Aceh.
Belum kering badai yang membasahi tanah serambi mekah ini muncul kembali situasi yang membuat tidak kondusif ditengah-tengah masyarakat terkait ulah bawahanya yang diduga tidak transparan terkait penjaringan calon penerima Beasiswa BPSDM tahun 2021. Ditambah dengan pernyataan" ngawur" kadis disprindag aceh terkait kualitas tomat yang melukai rakyat aceh khususnya petani tomat Kabupaten Bener Meriah.
Begitulah gambaran Ombak badai yang bertubi-tubi menguyur Gubenur Aceh Nova Iriansya dan banyak lagi isu-miring lainya. Namun baliau mengambil jalan senyap. Sebenarnya apa yang sedang terjadi ? Apa yang sedang dirasakan oleh Gubenur Aceh ? Kenapa seolah Gubernur terus diam dan diam ?
Apakah karna dinamikan politik begitu besar sehinga beliau tidak mampu mengcuoternya ? Apakah karna beliau tidak memiliki seni kepemimpinan sehinga ditingalkan kolega-kolega yang selama ini mendukungnya ? "bagaikan politikus yang kehilangan tulang belakang", Atau mungkin sebaliknya, gubenur sedang fokus menghabiskan energinya untuk mewujutkan janji-janji politiknya ketimbang mengurusi dinamika politik yang menurut pak Nova Iriansya tidak begitu penting ?