Oleh Zulfata
Himpunan Mahasiswa Istana (HMI), Hidup Menghancurkan Islam (HMI), Haluan Merusak Indonesia (HMI), Harus Menjilat Investor (HMI), Haluan Manusia Iblis (HMI), dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). HMI harus dibubarkan, jika tidak ia akan terus menjadi benalu rusaknya kaderisasi kepemimpinan bangsa. HMI memang tidak boleh dibubarkan secara paksa, ia harus dilumpuhkan dengan cara elegan melalui strategi kebudayaan. HMI yang pernah menyelamatkan Indonesia telah berubah bentuk, ia menjelma dalam bentuk nilai dan prinsip yang sedang memperkuat keadaban berpolitik di bangsa ini.
Kondisi HMI hari ini, kisahnya seperti yang tersirat dalam film “Das Exsperiment”. Film ini merupakan adaptasi dari sebuah novel karya Mario Gionardo yang berbicara terkait percobaan manusia di sebuah penjara yang bernama Standford Philip Zimbardo sekitar tahun 1971. Jika HMI lahir sekitaran tahun 1947. Film yang menceritakan kisah percobaan manusia tersebut jauh lebih awal berdinamika dalam merekayasa gerakan manusia. Mungkin HMI juga bagian dari apa yang melatar belakangi oleh kisah “Das Exsperiment”. Ada dua kubu yang dipermainkan dalam film ini, satu pihak berposisi sebagai tim pengaman yang difasilitasi oleh tatakelola inteligen, yang satunya lagi berdinamika secara normal dalam sebuah penjara.
Pejara itu bernama struktur HMI. Masih seputar film, adanya sebuah agen yang menyebarkan informasi dengan mengundang semua pihak sebagai alur pendaftaran. Informasi pendaftaran bertebaran di sana-sini. Sebelum masuk untuk ditraining, peserta diwawancarai, dipetakan minat bakat dan emosinya, setelah itu baru dapat masuk dalam arena training. Sebelum masuk, arena yang disebut penjara itu, kemudian mereka ditegaskan “silakan pulang sebelum bergabung”, lantas para peserta enggan untuk pulang. Proses ber-HMI pun berjalan.
Dalam pikiran peserta, setelah dipenjara, mereka akan mendapatkan uang yang berlimpah. Di pertengahan cerita, peserta mulai disetting, dibayangi, diberikan pemberlakuan secara sepihak, pertama memang menjadi sebuah dilema untuk kesuksesan bersama, ternyata lama kelamaan menjadi perang saudara, saling menyiksa, karakter kebinatangan mengalahkan semangat kemanusian. Tikung-menikung terjadi, zina sesama jenis terpicu di sana. Fasilitas dirusak, semuanya merasa bangga untuk berbalas dendam dan penganiayaan. Praktik pembunuhan pun tak terhindari. Upss. Ini penggalan kisah “Das Exsperiment”.
Nyaris, “Das Exsperiment” adalah HMI hari ini. HMI sudah berada pada fase “Das Exsperiment”. Harus segera dibubarkan sebelum banyak manusia teraniaya di sana. Hasrat ini memang terlihat seperti keinginan Partai Komunis Indonesia (PKI) berusaha ingin membuarkan HMI tempo doeloe. Jelas ini tidak ada kaitannya. Justru jika tidak dibubarkan, HMI hari ini bukan saja akan memperkuat “Das Exsperiment”, tapi juga membumikan yang disebut Das kapital. Material, kekuasaan, monopoli menyatu semuanya di sana.
HMI hari ini melumpuhkan akal sehat, orderan kekuasaan menguasai kebijakan lintah darat mendominasi, diskusi dan pergerakan kerakyatan berubah drastis menjadi pergerakan gertak sambal. HMI menjadi ladang ado domba, lempar batus sembunyi tangan, maling teriak maling. Kekuasaan direbut untuk memperlebar kesenjangan. Kaderisasi sudah sampai di tahapan itu, tahapan seperti apa yang dialami oleh peserta “Das Exsperiment”.
HMI telah menjadi langit yang mendung, bukan maksud untuk menurunkan hujan demi kemaslahatan bumi Indonesia. Jutru langit yang mendung, perlahan-lahan menjadi pekat dengan membentuk Tsunami awan yang siap menciptakan petir, badai dan hujan yang siap meluluh-lantakkan bumi Indonesia. Sungguh kalimat ini hanya untuk disajikan kepada kader HMI atau yang pernah ber-HMI dengan masih memiliki integritas dan nurani.
Jadi, catatan ini berusaha untuk mempersuasif untuk membubarkan HMI yang dapat dilakukan oleh yang pernah ber-HMI. Ini adalah sebuah tanggung jawab kader HMI yang berintegritas dan bernurani. Menguatnya pembelahan dan varian di HMI saat ini adalah bentuk dari kesuksesan penguasa oligark dan feodalisme. Untuk itu serahkan saja kepengurusan HMI saat ini sebagai tim kampanye penguasa (oligark). Ini bukan citra dan roh HMI seperti yang dicita-citakan oleh Lafran Pane dan kawan-kawan.
HMI telah terlanjur menjadi laboratorium distorsi kemanusiaan, mencetak penguasa yang lebih licin dari belut, lebih muslihat dari jin, lebih manis dari darah manis. Perjuangan HMI tidak dapat dilakukan lagi karena puncak gerakannya hanya berujung pada politik pemburu rente, ngantri untuk membidik posisi komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau jabatan strategisnya yang sengaja dibentangkan karpet merah oleh kanda yang sudah menjadi oligarki akut. Dengan itu, ketika dianggap purna ber-HMI, maka siap menyantap “gaji buta” dari negara.
Konsolidasi, militansi dan cita-cita memperjuangkan ridho Allah Swt di HMI hari ini sudah menjadi piramida terbalik. Yang dulunya demi Allah Swt, sekarang demi ruang negosiasi kekuasaan. HMI bukan lagi berdiplomasi layaknya Lafran Pane dan kawan-kawan, tetapi sudah berubah menjadi pelacur kekuasaan. Energi akal pikiran, serta massa yang berlimpah diarahkan pada sesuatu yang tidak strategis dalam upaya penyelamatan negara yang saat ini jauh dari makna merdeka. Jauh dari kata mandiri dan berdaulat secara ekonomi dan budaya, jauh dari kata memerdekakan nilai kemanusiaan di lintas sektor pelayanan publik. Diakui atau tidak, Indonesia rusak karena keberadaan HMI hari ini.
Jika dihadapkan pada dua pilihan, antara Indonesia atau HMI. Dulu memang dua hal ini ibarat dua sisi mata uang, tidak dapat dipisahkan. Sekarang, HMI sudah menjadi benalu, menjadi lintah bagi daging manusia Indonesia, menjadi gunting dalam lipatan. Sudah saatnya HMI hari ini untuk dipangkas dari batang pohon yang bernama Indonesia raya.
Mulai detik ini, sudah terlambat jika ingin menyelamatkan HMI dengan memperbaikinya dari dalam. HMI sudah dikuasai virus. Virus regenerasi pemburu rente dan para penjual nama Islam di hadapan politik persandiwaraan dan transaksional. Untuk itulah saya menghimbau yang ingin menyelamatkan perjuangan HMI dengan cara membubarkannya. Upaya pembubaran ini tentunya akan memerlukan tahapan dan dipanglimai oleh keimanan dan kemanusiaan yang solid.
Pertanyaannya? Beranikah kader HMI membubarkan HMI? Jika tidak berani, itu pertanda ia tidak paham apa esensi HMI yang sesungguhnya. Sehingga yang ber-HMI hari ini bukanlah kader HMI, melainkan kader HMI-HMI-an. Atas samar-samarnya eksistensi kader HMI inilah, HMI patut dibubarkan dengan pikiran yang visioner dan tak termakan propaganda di balik topeng wajah HMI hari ini identik dengan kata pecundang atas nama Himpunan Mahasisa Islam. Berhimpun memang, mahasiswa diwayangkan, Islamnya di pasarkan. Sungguh syaitan yang terkutuk berbadan mahasiswa.
Penulis adalah seorang yang aktif bersporadis akal sehat di training HMI


Takbir.....
BalasHapusSetuju dgn tulisan ini
BalasHapusHahahhaaa. Yang nulis sakit hati. Hehe bung jika ada kader yg sebagai dikutip kan di atas. Itu hanya semata2 oknum bukan HMI. Lantas hari ini negara mengeluarkan kebijakan2 konyol. Yg disalahkan negaranya atau yg mengontrol nya. Hahahaha
BalasHapusJgn menulis untuk sebuah kepentingan juga
Badkonya kanda Zulfata, kira kira kapan dibubarkan? Hehehe
BalasHapusSebuah kritikan yg sangat baik, memang sdh seharusnya kita berbenah rumah sendiri. Bahkan skr pun sebagai organisasi kader sdh mulai keluar dr sumbu rotasi pergerakan, yg kita semua hrs bersama2 menggiringnya kembali.
BalasHapusHMI dalam "oknum" sdh mulai mencari sesuatu utk personal diri bukan demi rakyat dan ummat.
Teringat sang Jendral berkata GO A HEAD HMI...!!!
dan KELAK AKAN KITA LIHAT SIAPA YG LAYAK MEMIMPIN UMMAT..?!.
YAKUSA....!!!!!!