R27mUISKY8MAeCpFpAtsSpjGWGukfoZYVKEfkHA4

Untuk Apa Ber-HMI?



Oleh Zulfata

Ber-HMI lebih dari bersaudara, yuk ber-hmi, di HMI kita melatih kepemimpinan, ber-HMI kita sama-sama memperjuangkan keadilan. Begitulah tiga kalimat yang sering disuarakan dalam agenda penjaringan calon kader HMI, baik di dalam kawasan kampus maupun di luar kampus. Tidak ada yang keliru dengan kalimat persuasif itu. Semua orang memiliki jalan tempuhnya sendiri dalam hidup, termasuk apakah ingin ber-HMI atau sekedar mengajak orang lain untuk masuk HMI. Pada posisi ini sudah terlihat bahwa ada proses persuasif untuk mengkaderkan HMI.

Sebelum usil lebih jauh, manarik untuk mempertanyakan bahwa untuk apa ber-HMI jika pada akhirnya terperosok pada proses menuhankan kanda? Pada akhirnya masuk dalam pengkaderan kematian jiwa merdeka? Untuk apa ber-HMI jika pada kelanjutannya akan memperlebar manipulasi jasa oleh kanda? Ya kanda, dinda masa kini akan menjadi kanda di masa depan, sehingga inilah yang penulis sebut sebagai ekosistem kanda.

Pada sistem ekosistem kanda, yang ada hanyalah intruksi, komando, memerintah, tidak boleh dibantah. Jika dibantah dianggap tidak sopan, tidak tahu diri, tidak menghormati, dan banyak dalih pembungkaman jiwa kritis dan kemerdekaan di sana. Seperti inikah kondisi ber-HMI? Jawabanya biarlah dijawab oleh para kanda atau para dinda yang sedang berusaha untuk tidak mengikat hidungnya kepada kanda.

Dalam kehidupan berkanda, kanda memang tidak menjadi kader layaknya dinda yang masih aktif, apakah sebagai pengurus atau anggota biasa. Kanda dalam pemaknaan ini tidak ingin membedakannya dengan makna yunda. Yang ingin disampaikan adalah kanda ada yang sudah memiliki pekerjaan formal dan ada pula yang bekerja di bidang informal. Parahnya, bahkan ada kanda yang menganggur. Jadi, kehidupan kanda tidak selamanya mulus dalam memberikan sokongan. Lika-liku kanda itu pasti ada dan selalu ada. Jadi para dinda harap maklum, berhati-hati dan cermatlah memilih dan memilah kanda yang ingin diinspirasikan. Sebab ada banyak jenis kanda di HMI, ada jenis pengejar slot jabatan di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan menyerahkan diri ke oligark atau menjadi “anjing pelacak” bagi tuan feodal, ada pula jenis yang mahir menciptakan berhala intelektual, hingga ada pula jenis kanda yang mahir mencuri di balik kekompakan para dinda. Awas !!! pada posisi ini status dinda sudah mulai dijadikan komoditi (barang dagangan) pasar kongres.

Dalam ber-HMI, sudah menjadi keniscayaan akan menemukan mentor, mentor itu pada episode selanjutnya disebut kanda. Pada prinsipnya para kanda diharapkan sebagai juru selamat oleh para dinda, diharapkan para kanda dapat bijaksana. Namun demikian, hal sebaliknya tidak ingin kalah, bahwa ada kalanya para kanda juga menghampiri dinda untuk masuk ke dalam skema pemanfaatannya, apakah itu ingin memuluskan politik praqmatis para kanda, atau kanda yang tiba-tiba perduli atau merencanakan kepedulian menjelang kongres, konfercab HMI tiba (atau kontestasi yang seirama dengannya). Pada posisi inilah sudah mulai kita membicarakan apakah ber-HMI itu bagian dari pengkaderan politik kanda?

Sederhananya, politik kanda adalah sebuah siklus turun-temurun yang dibentuk secara sengaja atau tidak sengaja dalam rangka mencapai target dan tujuan politiknya di kalangan kanda. Memang benar bahwa tidak boleh mengidentikkan bahwa politik itu selamanya buruk, dan tidak selamanya pula terminologi kanda itu bermakna negatif. Tetapi politik kanda dalam catatan usil kali ini ingin mengatakan bahwa politik kanda pada akhirnya akan menggiring para dinda untuk mati rasa dengan yang namanya politik keadilan, politik kemerdekaan, dan anti politik pembodohan demi hasrat kepentingan pragmatis kanda.

Dalam ber-HMI, para kanda mendapat sebuah tanggung jawab untuk memberikan pembelajaran dan nilai moral kepada para dinda. Bukan sebaliknya yang justru memanfaatkan para dinda untuk menampakkan kecongkakan politiknya di ruang tarung para kanda yang sedang belajar memimpin. Pada posisi inilah relasi antara kanda dengan dinda harus dibongkar dalam perkaderan HMI. Sehingga relasi kanda-dinda di HMI tidak menjadi bola panas yang menggelinding dan menjadikan masyarakat muak terhadap sandiwara perjuangan yang dimainkan kader HMI.

Ber-HMI sepadan maknanya dengan keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk menciptakan siklus pembentukan karakter dalam beragama, berbangsa dan bernegara. Jadi, jangan disangka bahwa pada saat ber-HMI maka akan menjadi kader HMI seutuhnya, sebab mana tahu akan menjadi kader HMI-HMI-an. Bagi yang ber-HMI, sepatutnya harus mampu bertanya kepada dirinya sendiri apakah dirinya mampu berselancar di tengah gulungan ombak dan badai dalam dinamika HMI? Jika tidak ingin melatih dan mempersiapkan diri dengan kondisi itu, sudah dapat dipastikan bahwa ia akan menjadi golongan kader HMI-HMI-an yang akan dibahas pada pembahasan lainnya.

Secara sosiologis, dominan dinda membutuhkan kanda hanya sekedar penyokong moril (meskipun ada intrik kebutuhan materil di dalamnya). Secara sosiologis pula, adanya para kanda yang masih ingin belajar melatih kepemimpinannya dengan para dinda, sehingga dengan ciri kanda yang seperti ini terus-menerus menguntit para dinda, siang dan malam terus ingin disembah oleh para dinda, terus-terusan ingin disanjung oleh dinda. Sehingga dengan skema ber-HMI seperti ini menjadi sebuah ekosistem benalu di tubuh HMI.

Penulis tidak ingin menguraikan bagaimana skema ber-HMI yang elegan, religius, berkebudayaan dan berkemanusiaan sesuai dalam bungkusan makna “Insan Cita”. Sebab bagi kader HMI yang benar-benar ber-HMI akan mencari pemahaman tentang di balik tulisan ini. Karena sudah meningkatnya gejala HMI-HMI-an apakah dari level kanda atau dinda, makanya saat ini patut dievaluasi mengapa harus ber-HMI?. Apakah ingin memperkuat pengkaderan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) di pangkuan ibu pertiwi? Lagi-lagi tulisan ini hanya untuk pembaca yang memiliki pikiran sehat dan visioner dalam melihat kondisi negara, bangsa, dan HMI masa kini. Jadi bukan untuk para HMI-HMI-an. Dalam persoalan ini pula penulis tidak menutup kemungkinan bahwa HMI itu memang sudah tiada di tubuh struktural HMI itu sendiri. Sebab nilai ber-HMI itu boleh saja berada di luar struktur HMI.

Lantas bagaimanakah ber-HMI secara struktur? Apakah ber-HMI secara struktur saat ini dapat menjadikan kader HMI merdeka? Atau justru menghantarkan diri pada yang namanya “pelacur intelektual”? atau merelakan dirinya untuk menjilat-jilat demi meraih slot jabatan pada pemangku kekuasaan? Seterusnya apakah ber-HMI di luar struktural HMI hari ini tidak layak disebut ber-HMI? Apakah ber-HMI sama artinya hanya fokus bicara konstitusi dari pagi ke pagi? Atau mendiskusikan Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dari malam ke malam tanpa sholat subuh, zuhur, ashar, magrib dan isya? Apakah ber-HMI mahir bicara strategi dan taktik hingga pada akhirnya menempuh jalan menghalalkan segala cara? Kemudian apakah ber-HMI sama model kinerjanya dengan lembaga plat merah? Ber-HMI itu adalah menderita.

Tidak ingin menjawab rentetan pertanyaan sederhana ini, maka penulis tawarkan “Bubarkan HMI?” Mengapa harus dibubarkan? Silakan cari sudut pandang dan pemahamannya sendiri. Sebab jadi pembaca tidak boleh manja, apalagi mengaku sebagai kader HMI, jelas tak boleh manja. Manja dalam artian bahwa manja berfikir dan manja menjawab rasa ingin tahunya sendiri.

Ber-HMI memang unik, bahkan misterius. Disebut unik karena masih saja para kanda seperti tidak ada pekerjaan lain selain mengurus hal-hal yang bersifat teknis yang semestinya menjadi lapak atau laboratorium para dinda sebagai pengembangan dirinya. Disebut misterius karena ber-HMI tidak sama maknanya dengan ber-HMI-HMI-an. Sehingga para dinda bebas berkompetisi atau bertarung, adu kekuatan sesama dinda. Bukan sebaliknya, kanda dengan segenap tenaga dan kecongkakan politik dan hartanya justru ikut membersihkan ingus hidung para dinda. hehehe juga mencari “rezeki” atas perjuangan dinda. Astaghfirullah.

Oleh karena itu, silakan jawab sendiri untuk apa ber-HMI? Jika belum mampu menjawab, maka mulai sekarang aktifkanlah penalaran dan nurani sebagai panglima ber-HMI. Sehingga tidak silau dengan permainan gelanggang kanda yang lebih kemilau, apakah itu berada di lingkar istana atau di lingkar kursi, meja atau pagar kuasa bupati/wali kota se-Indonesia. Waspadalah-waspadalah!.

Penulis adalah provokator akal sehat yang sering masuk dalam training HMI
Related Posts
Redaksi
Redaksi BerandaIDN.com

Related Posts

Posting Komentar