Oleh : Arwan Syahputra
(Kader HMI Cabang Lhokseumawe-Aceh Utara)
Kanda Zulfata, entah secara kebetulan aku baca artikelmu, ada rasa skeptis dan penasaran, kau ini sebenarnya kader atau manusia yang ingin ambil alih tugas malaikat Izrail, ingin ambil nyawa himpunan. Pasca ku baca dari tiap bait tulisan itu yang tendensius, serasa sudah khatam dalam ber-HMI, namun saat dikaji dibaca dan diulang lagi, seolah tak ikhlas berHMI, tak punya etika berorganisasi, atau kanda?, memang kau jauhi karakter yang insani.
Padahal sebagai kader HMI yang kaupun juga pengurus aktif di badan koordinasi dibumi serambi, ada beban moral mu untuk memperbaiki, tanggung jawab jaga citra organisasi, atau sangking semangat cari popularity, cari nama atau eksistensi, hingga move on dari konstitusi, bukankah dalam pasal 6 ayat 1 ART HMI menyebutkan "Setiap anggota berkewajiban menjaga nama baik HMI", atau lebih lanjut bicara etika, di ayat 3 sudah cukup mengingatkan "Setiap anggota berkewajiban menjunjung tinggi etika, sopan santun dan moralitas dalam berperilaku dan menjalankan aktifitas organisasi".
Zulfata dan "Bubarkan HMI", yang berusaha ber-cocoklogi dengan metodologis dan dikait-kaitkan dengan Kondisi HMI hari ini, anggap HMI, kisahnya seperti yang tersirat dalam film “Das Exsperiment”.
Tulisanmu itu lagi, ada sebutkan 'Untuk itu serahkan saja kepengurusan HMI saat ini sebagai tim kampanye penguasa (oligarki)', lebih lebih lagi menyebut HMI 'Berhimpun memang, mahasiswa diwayangkan, Islamnya di pasarkan. Sungguh syaitan yang terkutuk berbadan mahasiswa'.
Sebagai kader HMI yang masih dibatasi pengetahuan, masih terlalu remaja berorganisasi, entah apa aku menilai tulisan ini, bukan mendidik perubahan, rekom-rekom yang kau sampaikan tak cerminkan kader murni, entah kau korban dibalik kepentingan, atau barisan sakit hati dalam himpunan?, dan kau yang lebih tahu soal itu, karena aku sebagai kader, tak mungkin tahu isi hati dan pikiranmu, yang itu mutlak domain Tuhan.
Jika niat tulisan untuk perbaiki HMI, berusaha sampaikan kritik untuk kebaikan, melihat tak bersatunya himpunan, tapi apa kanda tak termasuk orang yang berdosa di organisasi?, padahal sekum punya otoritas dan bisa memberikan legacy dengan memperbaiki dari rumah sendiri, berposisi sebagai orang nomer 2 dibadan koordinasi, apa tak bisa digunakan untuk membenahi dan mengimplementasikan gagasan,? atau jika HMI masih belum sesuai dengan mission himpunan, kenapa kanda tak mengajak islah pada para kader dan kepengurusan? bagaimana rumah yang tersisip bakteri bisa dibersihkan, bagaimana organisasi yang belum rukun bisa diberi pandangan.
Atau, Kanda Zulfata ini, ingin lari dari tanggungjawab Himpunan, lalu menyalahkan?, mungkin ada satu istilah dari almh Jalaludin Rahmat (Kang Jalal) dalam bukunya rekayasa sosial, ciri orang yang tak bertanggungjawab, 'ada lari dari tanggungjawab, atau malah menyalahkan'.
Jikapun ada sample yang ditemukan, satu-dua pengurus yang tak solid, atau pengurus besar yang mungkin tak komit, bukan berarti seluruh himpunan ini yang harus 'dibubarkan', bukankah logika yang kanda bangun ini termasuk logika sesat yang mengover generalisasi, atau dalam Reksos disebut 'fallacy of generalization', menjumpai satu-dua kasus misalnya, lalu ambil satu kesimpulan bahwa sampel ini mewakili kenyataan, atau melirik beberapa contoh fenomena yang lalu menyimpulkan itu sudah cukup menggambarkan keseluruhan. Sesatlah berpikir kanda, dan insyaf lah kembali dalam himpunan.
Kanda yang juga menyebutkan "HMI hari ini melumpuhkan akal sehat, orderan kekuasaan menguasai kebijakan lintah darat mendominasi, diskusi dan pergerakan kerakyatan berubah drastis menjadi pergerakan gertak sambal,", atau kurangnya Zulfata membaca atau tak peka keadaan? begitu banyak kader HMI yang militannya tak diragukan, banyak kader himpunan yang rela mendekam karena ingin merebut kemenangan kerakyatan, atau ada yang mati tertembak dikendari kader HMI (Almh Randi) dimedan perjuangan. Kanda insyaflah, pengkaderan hari ini terus berjalan, dimasa pandemi pun terus lahirkan calon-calon pejuang.
Jikapun kritik dibangun kanda, kenapa lari dari etika kemanusiaan. sebagaimana alam bisa berjalan dengan tertib, maka seperti itu pula dengan etika ataupun moral. Hukum moral harus berjalan secara tertib pula(Encyclopedia America, 1977 :71, buka juga : Filsafat etika Immanuel kant). lalu jika kita korelasikan, bagaimana himpunan bisa berjalan tertib dan baik sesuai tujuan, jikapun masih ada kadernya tak kedepankan moral, dan apakah etika Zulfata sebagai kader yang juga pengurus badko sudah mencerminkan moral, sudah menjaga berprilaku tertib dalam himpunan. Ah kurasa tentulah tidak kanda, karena kader didesak untuk bersama jaga nama baik himpunan.
Kanda, tulisan ini sama sekali bukan tandingan, namun rasa ganjal yang kutemui dalam tulisanmu, serasa penting untuk diluruskan. Dinamika dalam himpunan tentu biasa , karena kita hidup didunia, bukanlah disyurga, selagi masih dunia pastilah banyak dinamika.
Meskipun begitu, HMI yang entah apa disebutkan "himpunan mahasiswa iblis, Himpunan Mahasiswa istana, haluan merusak Islam dll", namun pengkaderan terus berjalan, meski banyak digoyang topan dan cacian, namun HMI tetap eksis pengisi peradaban, seperti akar pohon bersama bumi telah bersatu, jikapun digoyang tak mempan, begitupun HMI dan peradaban, tak mungkin bisa dipisahkan.
Dari orde lama ingin dibubarkan kekuasaan, namun HMI tetap jadi dapur pencetus perubahan.
Nanti ada masa HMI bubar, tak perlu repot dibubarkan, namun bubar dengan sendirinya. Dengan syarat, saat masyarakat telah makmur, umat telah dapat keadilan, mission himpunan telah semua tersampaikan.
Maka untuk apalagi HMI? jika masyarakat Islam dan Indonesia tak lagi rasakan ketidakadilan.