Oleh : Zulfata
Haluan Manusia Iblis (HMI). Saya menyebut itu di akhir acara diskusi daring yang baru usai beberapa hari lalu. Dari pernyataan saya ini ada yang tertawa meresponsnya, dan ada pula yang bingung, kaku terbelenggu kejumudan. HMI mengambil peran strategis, baik dalam politik kenegaraan hingga membungkus narasi-narasi agama dalam melakukan perampokan dan pembodohan secara terstruktur. Di dalamnya banyak berhimpun manusia-manusia bertalenta, memiliki jaringan yang luas, ia dapat berbicara apa saja, terutama dalam hal kekuasaan dan godaan tanpa berfikir dampak buruknya bagi kemaslahatan bangsa.
Ilmu pengetahuan ditempa, kecakapan hard skill diasah, kekuatan kolektif dijadikan pintu pemasaran bahwa proses memanusiakan manusia dapat saja menjadi iblis. Iblis yang mahir mempersuasif, bertransaksi dengan berbagai dalil rasionalnya. Iblis memiliki kecapakan merekrut, memelihara pasukan sesama iblis, invastasi jasa dipermainkan untuk kemudian mendapat hasil dalam bentuk pengakuan dan citra kelincahan.
Apa yang dialami HMI bagaikan manusia yang ditampilkan dalam film “Ghost Rider” yang dilakoni oleh seorang yang bernama Johnny Blaze. Johnny mendapat kekuatan iblis Mephistopheles. Johnny mendapat kekuatan supranatural. Di dalamnya terdapat kekuatan melampaui rezim politik Amerika-China. Saat melakukan pertarungan, ia tidak pernah membawa air, tetapi menjadikan api sebagai alat untuk terus memburu iblis Wallow dan Abigor. Iblis bertempur sesama iblis, manusia menjadi raga yang ditumpangi iblis, manusia lainnya tak lebih sekedar kayu bakar. Dibiarkan hanyut bersma banjir, atau membusuk di tempatnnya sendiri. Semuanya tergantung iblis. Iblis berkuasa. Iblis punya pertarungan. Iblis punya rencan. Iblis punya strategi.
HMI melakukan proses pengkaderan. Tentu kader berkemanusiaan tidak begitu mencolok, karena ia mempertahankan integritas dalam agenda perjuangan. Yang muncul dan cenderung menjadi panutan adalah sosok yang membawa api, berbadan manusia, berpikiran dan berperilaku seperti iblis. Licik, menggoda tanpa berfikir siapa yang dimangsa.
Sebelum menulis tulisan ini, saya telah memberitahukan kepada anggota diskusi daring. HMI adalah Haluan Manusia Iblis. Selanjutnya rekan diskusi saya junga ingin menulis HMI sebagai perampok. Saya tidak mengatahui pasti apa yang ada dibenaknya sehingga ingin menulis HMI sebagai perampok. Saya juga tidak mengataui apa jadinya pikiran pembaca saat membaca tulisan HMI ini. Sudahlah, kan membaca itu berfikir, bukan bersentimen. Membaca adalah mengajak pembaca untuk berfikir melepas belenggu kejumudan.
Di HMI terdapat senior iblis, kanda iblis hingga dinda iblis. Sederet relasi emosional keiblisan ini terus beraktivitas. Bagi mereka, berperilaku seperti ibilis adalah juru selamat. Memberikan jalan pintas untuk berkarier. Tak peduli soal kapasitas, yang penting bersikap lanyak iblis sudah menjadi realitas.
Kedinamisan sudah menjadi kemahiran iblis. Kemampuan beradabtasinya melebihi Bunglon. Strateginya melebihi Cicak dan kebuasannya melebihi Gorila. Berlatih untuk memiliki kecakapan seperti iblis ini tidaklah begitu sulit. Tidak perlu membaca buku, tidak membutuhkan rutinitas diskusi, pergerakan harus seperti mobil pemadam kebakaran. Intelektualitas jadi branding yang siap dipasarkan.
Kesetiaan iblis tidak perlu mempertimbangkan moralitas. Idealitas adalah sesuatu yang tidak nayata, apa lagi dianggap sebatas ilusi pergerakan. Kesederhanaan bukanlah bagian dari berkehidupan. Transaksi dan penipuan harus selalu menjadi komunikasi politik dan berdiplomasi. HMI memang terus disorot. Terlebih jumlah pasukannya tidak sedikit. Sehingga varian iblis HMI pun bermacam ragam. Ada iblis yang bergerak di bidang pendidikan, ada pula yang bergerak di bidang dinamika kekuasan, termasuk penjaga gawang bagi siapa yang ingin keluar dari pasukan keiblisan. Iblis tampak abadi karena keberadaan HMI.
Manusia yang di dalamnya terdapat iblis, tidak selamanya berperilaku seperti iblis. Ibarat Johnny dalam “Ghost Rider”, kecakapan keiblisan terjadi pada saat-saat tertentu. Ia tidak diprkatekkan kepada orang-orang yang dicintainya. HMI tergadang dapat sbersikap baik layaknya malaikat tak bersayap, dan dapat jahat laykanya iblis yang bertanduk yang menggunakan trisula. Imajinasi terkait keiblisan ini memang menggelitik. Mengundang tawa bagi yang memahami maksudnya.
Kembali ke Johnny, setiap pengembaraannya penuh pengorbanan. Terkadang mengsingkan diri, dibenci, dianggap perusak. Padahal, Johnny dengan kemampuannya itu telah menyelamatkan banyak manusia dari parktik premanisme. Dalam catatan pinggir yang penuh rekayasa ini. Sehebat-hebat Johnny memburu kaum sesama iblis untuk menyelamatkan manusia dan dunia. Namun Johnny belum pernah membakar para koruptor dengan rantai apinya, dan belum pernah menabrak segerombolan usaha korupsi dengan kenderaan apinya.
Dari HMI dan film “Ghost Rider” mengajak kita berfikir aneh, bahwa korupsi terakadang bukan untuk dimusnahkan oleh manusia, tetapi itu adalah bentuk rezeki bagi manusia yang berhaluan iblis. Dengan korupsi, manusia dapat berwibawa, kalaupun tertangkap, masa hukumannya pun dapat disunat, dan tahanannya dapat disulap bak istana. Inilah imajinasi HMI. Haluan Manusia Iblis. Yang sempat saya lontarkan dalam forum diskusi daring malam itu.
Penulis adalah seorang yang aktif mengisi pelatihan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)