Oleh : Rahayu Mahbengi
Mahasiswi Politeknik Lhokseumawe
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) baru-baru ini jadi sorotan. Penyebabnya, mereka mengunggah poster “Jokowi The King of Lip Service” yang mengritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) di media sosial. Dalam unggahan itu, BEM UI menjabarkan tindakan Jokowi yang dinilai mereka kerap kali mengobral janji manis tetapi realitanya sering kali tak selaras, lengkap dengan sejumlah foto Jokowi yang diedit. Unggahan ini pun beredar luas di media sosial hingga menjadi trending topic di media sosial Twitter dan menuai sejumlah reaksi pro dan kontra.
Presiden Jokowi, Selasa (29/6/2021) akhirnya angkat suara merespons polemik kritik mahasiswa tersebut.
Hampir 2 tahun periode pemerintahan Jokowi-Ma’ruf setelah memenangkan Pilpres 2019 dengan ragam janji yang tampak berpihak pada rakyat kecil. Namun, faktanya tidak sesuai dengan janji yang mereka sampaikan. Inilah jika negeri tidak diatur dengan syariat, rakyat hidup makin melarat.
Setiap kemaslahatan hanya ditujukan bagi pengusaha dan kepentingan penguasa. Apa yang terjadi saat ini adalah bukti kebenaran. Di saat ada kebijakan yang dinilai mendzolimi rakyat yaitu salah satunya representase dari aturan human made ala demokrasi tentang pengesahan OmnibusLaw mulai dari forum diskusi hingga demonstrasi kemudian beralih OmnibusLaw berbasis digital. Lebih dari itu, kita tak dapat pungkiri roda perubahan negeri ini semua dimulai dari para pemuda.
Gerakan reformasi yang melengserkan tirani orde lama pun dipimpin para mahasiswa. Namun, sejauh ini ada pertanyaan yang selalu melintas dalam benak. Mengapa setiap mahasiswa bergerak menuju transformasi hanya sebatas teori tanpa solusi? Mengapa pengorbanan mahasiswa tak kunjung pada perubahan yang signifikan?
Demokrasi menjamin empat kebebasan salah satunya kebebasan dalam berpendapat. Banyak orang berpendapat, untuk mengubah kondisi masyarakat dan Negara diperlukan pribadi yang mumpuni. Maka perubahan terbaik berawal dari individu, baru masyarakat setelah itu Negara. Nyatanya prinsip ini tak pernah membuahkan hasil. Setiap ada individu yang baik bahkan saleh berusaha mengubah masyarakat dan negara, tak akan mampu bertahan lama. Jika bukan dirinya yang ikut terjerumus, setidaknya dia akhirnya terpental dari sistem yang buruk.
Mau tidak mau, kita perlu percaya bahwa sebenarnya kondisi individu sangat dipengaruhi sistem. Sistem memiliki kemampuan secara sistematis mencetak, menjaga, dan memelihara kondisi tertentu. Termasuk mencetak individu dan menjaganya. Kualitas mahasiswa juga tergantung dari bagaimana sistem mencetaknya. Mulai dari keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat hingga kebijakan negara. Jika sistem yang ada berbau kapitalisme sekuler, maka pendidikan keluarga pun tak lepas dari pengaruh kapitalisme sekuler. Meski ada keluarga yang mendidik anaknya dan menjaga dari pengaruh sistem ini, mereka akan merasakan berat. Sebab, lingkungan dan kebijakan negara berlawanan dengan pemikiran mereka.
Sistem kapitalis yang menjadikan materi sebagai tujuan hidup akan mendidik anak (mahasiswa) menjadi pragmatis. Sekularisme yang membuang agama dari kehidupan akan membentuk pemikiran mereka tak mau memakai aturan Tuhan. Hasilnya, jika secara fitrah hati mereka terpanggil atas ketidakadilan yang terjadi, maka cara dan solusi yang mereka tuntut hanya sebatas pragmatis dan terkesan elitis sehingga menajdikan seperti robot yang bergerak statis dan stagnan karena telah dikendalikan/terprogram.
Sudah saatnya mahasiswa sebagai agen perubahan mengawal perubahan menuju kebaikan bagi negeri ini. Sudah saatnya mengganti sistem dan rezim rusak saat ini. Kita butuh penguasa amanah dan sistem terbaik. Sudah saatnya kita sebagai mahasiswa keluar dari zona nyaman dengan kembali bertransformasi menjadi garda terdepan perubahan sesuai yang diharapkan umat.
Menjadikan ideologi Islam sebagai arus utama untuk diperjuangkan meskipun bertentangan dengan sistem demokrasi-kapitalis saat ini. Menyerukan Islam sebagai satu-satunya solusi atas setiap problematika yang melanda negeri dan formula jitu yang menjadi tawaran solusi ampuh, ialah Islam.
Sebab Islam berasal dari yang Maha Pencipta, Maha Tahu, Maha Benar, Maha Sempurna, Allah swt. Maka pasti mampu mengentaskan seluruh masalah yang ada hingga ke akarnya. Dan sudah saatnya sebagai mahasiswa mengetahui bahwa ranah perjuangan tidak hanya sebatas retorika akan tetapi butuh aksi nyata.